Mengapa MetroTV Sering Sudutkan Islam? Ini Video Kesaksian Menggemparkan 2 Mantan Senior Produser

Mengapa MetroTV kerap memojokkan Islam? Serta kenapa kabarnya dinilai tendensius? Kesaksian dua bekas Senior Produser MetroTV ini menggemparkan sosial media.

Umpamanya pada Januari lantas, MetroTV sudah menuduh Wahdah Islamiyah sebagai teroris. Sesudah memetik banyak memprotes, pada akhirnya MetroTV mengaku kekeliruannya serta mohon maaf lewat acara acara Selamat Pagi Indonesia, Selasa (19/1/2016).

Pada 2012 lantas, MetroTV memojokkan Rohis sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Sontak, kabar berita lewat infografis itu juga memetik memprotes dari beberapa ormas Islam dari mulai JPRMI, BKPRMI, sampai MUI.

Ada banyak tayangan MetroTV yang memojokkan Islam sampai ada yang menilainya sebagai TV anti Islam.

Kenapa sekian? Kesaksian dua bekas staf MetroTV ini cukup menggemparkan.

Dalam video berdurasi 1 menit 48 detik yang diupload Anti Mainstream Media ke laman Facebook-nya, Bekas Senior Produser News MetroTV Edi Wahyudi membongkar bagaimana berita spesifik mesti disiarkan serta berita spesifik tak bisa tampil. Juga tokoh spesifik mesti tampak serta tokoh spesifik tak bisa dipertunjukkan.

“Perintah yang oleh rekan-rekan dikatakan sebagai perintah dewa. Ini mesti tampil, ini tidak bisa tampil. Si itu mesti nampak, si ini tidak bisa nampak. Itu dapat dari pimpinan yang tertinggi, dapat dari menetes, menetes demikian. Serta itu sangatlah dipahami oleh kawan-kawan, ” kata Edi Wahyudi.

Apa kebutuhan berita spesifik mesti diangkat serta tokoh spesifik mesti dipertunjukkan? Reporter sampai produser juga tak bisa tahu. “Kita bertanya apa kebutuhannya, itu dosa besar, ” tutur Edi.

Sedang Matheus Dwi Hartanto, Bekas Senior Produser News MetroTV, mengungkap kalau saat ia masihlah baru, dengan mudahnya ditawari duit Rp 10 juta supaya seseorang tokoh dikabarkan. Serta menurut dia, hal semacam itu yaitu hal umum lantaran seorang yang masihlah baru seperti dia saja telah ditawari duit supaya tokoh spesifik dipertunjukkan.

Di bawah ini video kesaksian Edi Wahyudi serta Matheus Dwi Hartanto :